Ketersediaan air bersih yang ada di
bumi , yang bisa dikonsumsi oleh manusia, sangat terbatas, hanya sekitar 0,4%
dari total jumlah air yang ada di bumi!
Sementara di sisi lain jumlah
manusia terus bertambah.
Jika tidak dilestarikan,
ketersediaan air tersebut akan semakin menipis. Bukan mustahil anak cucu kita
akan menjadi korban kelalaian kita saat ini.
Indikasi ke arah krisis air yang
parah semakin hari semakin terlihat. Contohnya saja, 12 kecamatan di Kota “Hujan”
Bogor bulan lalu (agustus 2012) dinyatakan mengalami krisis air. Padahal berada
di kota yang dikenal mempunyai curah hujan yang tinggi. Hal yang sama juga
terjadi di Banyuasin, meski lokasinya di sekitar Sungai Musi, ternyata
mengalami krisis air.
Di Ciamis sendiri, banyak sekali
sumur yang harus digali lebih dalam karena stok air-nya habis. Ini diperparah
dengan rentang kemarau yang semakin panjang. Bahkan beberapa desa tercatat mengalami
krisis air yang cukup parah.
Menurut berbagai penelitian, salah
satu faktor menurunnya ketersediaan air adalah karena kualitas tanah yang
sudah terlalu padat, sehingga tidak bisa menyerap air hujan dengan baik.
Hanya 30% air hujan yang bisa diserap oleh tanah, sisanya sebesar 70% terus
mengalir, dan menjelma menjadi bencana banjir di daerah-daerah rendah, atau
menjadi bencana longsor di daerah-daerah yang kontur tanahnya tidak datar,
sebagian lagi terus mengalir ke laut, sehingga permukaan air laut semakin
meningkat.
Karena itu, air hujan harus ditanam
di tanah kita. Agar menjadi persediaan untuk pada musim kemarau, dan tidak
menjadi bencana.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar